Jumat, 26 Mei 2017

Arif (8 Tahun) si Narapidana Cilik yang Membunuh Preman Pasar yang Menghabisi Nyawa Ayahnya

Arif (8 Tahun) si Narapidana Cilik yang Membunuh Preman Pasar yang Menghabisi Nyawa Ayahnya



Baca Juga

Terus cerah, walaupun sudah sebagian kali mengadakan riset kriminal di lp, pengalaman kali ini merupakan pengalaman kesatu aku ngobrol langsung dengan seorang yang didakwa permasalahan pembunuhan berencana.

dengan jantung dekagram dig dug, benak aku melayang - layang mengira - ngira cerminan orang yang hendak aku temui. sudah terbayang wajah keji hanibal lecter, pula penjahat - penjahat berjenggot palsu ala sinetron, dan juga gambaran - gambaran pembunuh berdarah dingin lain yang kerap aku temui di cerita televisi.

well, kesimpulannya sehabis menunggu sekian lama berharap - harap takut, salah satu sipir bawa seseorang anak kehadapan aku. yap, benar seseorang anak berusia 8 tahun. tingginya tidak lebih dari pinggang orang berusia dengan muka yang diliputi senyum malu - malu. matanya teduh dengan gerak - gerik yang sopan.

aku juga membaca berkas permasalahannya yang diserahkan oleh sipir itu. saat sebelum masuk penjara nyatanya dia merupakan juara kelas di sekolahnya, juara menggambar, jago bermain suling, juara mengaji dan juga azan di tingkatan kanak - kanak.

keahlian berhitungnya cukup menonjol. terlebih lagi dari balik sekolah di dalam penjara juga nilai sekolahnya tercatat kedua terbanyak tingkatan provinsi. lalu mengapa dia hingga menewaskan? dengan rencana pula?

permasalahan ini terjalin kala arif sebut aja nama anak ini begitu, belum genap berumur 7 tahun. bapaknya yang berdagang di suatu pasar di wilayah bekasi, dihabisi kepala bandit yang memahami wilayah itu. latar belakangnya karna sang bapak enggan membayar duit ‘keamanan’ yang begitu besar.

berita ini warnanya hingga di kuping arif. malam besok harinya sehabis bapaknya dikebumikan dia menghadiri tempat mangkal bandit tersebut. bermodalkan pisau dapur dia menantang orang yang menewaskan bapaknya.

“siapa yang bunuh bapak aku! ” teriaknya kepada orang yang terdapat di tempat itu.

“gue terus mengapa? ” ucap kepala bandit yang menewaskan bapaknya sembari disambut gelak tawa di belakangnya.

tanpa banyak bicara anak kecil itu sembari melompat menghunuskan pisau ke perut sang bandit. dan juga pas menimpa ulu hatinya, laki - laki berbadan besar itu jatuh tersungkur ke tanah. arif juga langsung lari kembali ke rumah setelahnya. kesimpulannya tuntas sholat subuh besok paginya dia digelandang ke kantor polisi.

“arif nih kerap buat repot petugas di lapas! ” ucap kepala lapas yang turut menemani aku mewawancarai arif sembari tersenyum. nyatanya semenjak di penjara 2 tahun kemudian. anak ini sudah 3 kali melarikan diri dari selnya. dan juga triknya juga bagi aku terkategori ajaib.

pelarian kesatu dikerjakannya dengan trik yang tidak terpikirkan siapapun. tiap pagi sampah - sampah dari lapas itu di jemput oleh mobil kebersihan. siuman hendak perihal ini, diam - diam arif menyelinap ke dalam salah satu kantung sampah. hasilnya 1 - 0 buat arif. dia sukses keluar dari penjara.

pelarian kedua lebih kreatif lagi. anak yang doyan baca ini sempat membaca informasi tentang fermentasi santapan tape (ingat lho waktu wawancara umurnya baru 8 tahun). dari sana dia menemukan data kalau tape memiliki hawa panas yang bertabiat destruktif terhadap barang keras.

kebetulan pula di lapas anak ini disediakan tape uli 2 kali dalam satu minggu. tiap disediakan tape, arif senantiasa berpuasa karna jatah tape itu dibalurkannya ke bilik tembok sel tahanannya. hasilnya sehabis 4 bulan, tembok penjara itu jadi lunak serupa tanah liat. satu buah lubang sukses dibuatnya. 2 - 0 buat arif. dia keluar penjara ke 2 kalinya.

pelarian ke tiganya dicoba ala mission imposible. arif yang ditugasi mensterilkan kamar mandi memandang ember bagaikan suatu pemecahan. besi yang berperan bagaikan pegangan ember itu di simpan di dalam kamarnya. ketahui kalau pribadinya sudah diawasi amat ketat, arif memilah tempat persembunyian amat nyaman saat sebelum memutuskan buat kabur.

ruang kepala lapas jadi pilihannya. dalihnya jelas, karna tidak sempat satu juga penjaga berani mengecek ruang ini. kala tengah malam dia menyelinap keluar dengan memakai besi pegangan ember buat membuka pintu dan juga kunci gembok. jangan tanya aku gimana triknya, pokoknya tahu - tahu dia sudah di luar. 3 - 0 buat arif.

lalu mengapa dia dapat tertangkap lagi? warnanya kepintaran itu masih berposisi di suatu kepala bocah. pelarian - pelariannya didorong dari kerasa kangennya terhadap ibunya. anak ini keluar dari penjara cuma buat ke rumah si ibunda tercinta. jadi dari lapas tanggerang dia menumpang - numpang mobil omprengan dan juga pula berjalan kaki sekian km dengan satu tujuan, kembali!

karna itu pula pada pelarian arif yang ketiga, kepala lapas yang pula seseorang bunda ini memohon anak buahnya buat tidak lekas menjemput arif. hasilnya 2 hari setelah itu arif berulang lagi ke lapas sembari bawa tulisan buat kepala lapas yang ditulisnya seorang diri.

“ibu kepala arif memohon maaf, tetapi arif kangen sama bunda arif” tulisnya pendek.

seseorang anak pintar yang wajib terkurung dipenjara. tetapi, aku tidak lalu berpikir kalau dia tidak betul - betul bersalah dan juga wajib dibebaskan. bagaimanapun pula dia telah menyirnakan nyawa seorang. tetapi aku cuma berandai - andai bila aja, kebijakan berperan kilat menangkap pembunuh sang bapak (sedini polisi menangkap sang arif) nyatanya dikala ini anak pintar dan juga giat itu tidak hendak berposisi di tempat serupa ini. dan juga kreativitasnya yang besar itu dapat bermanfaat buat perihal yang lain.

sayangnya sang arif itu hanya anak orang dagang sayur miskin sedangkan sang bandit yang dibunuhnya senantiasa setia menyetor kepada pihak berwajib setempat. seperti itu yang namanya keadilan di negara ini!






( sumber: kompasiana. xyz )

Related Posts

Arif (8 Tahun) si Narapidana Cilik yang Membunuh Preman Pasar yang Menghabisi Nyawa Ayahnya
4/ 5
Oleh