Rabu, 24 Mei 2017

Astagfirullah, Tradisi Tukar Uang Saat Lebaran Bisa Jadi Dosanya Lebih Besar Daripada Berzina.

Astagfirullah, Tradisi Tukar Uang Saat Lebaran Bisa Jadi Dosanya Lebih Besar Daripada Berzina.



Baca Juga

Telah jadi tradisi mengubah duit dibulan ramadhan, pecahan 100ribu dengan 10ribu ataupun 5ribu, dan juga mayoritas dengan imbalan. hingga ini bagi syariat dapat diucap riba’. dan juga allah menegaskan kepada orang yang beriman, supaya tiap kali terjalin benturan antara ketentuan syariat dengan tradisi, mereka wajib mengedepankan ketentuan syariat.

alah berfirman,

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“demi tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman sampai mereka menjadikan kalian hakim terhadap masalah yang mereka perselisihkan, setelah itu mereka tidak terasa dalam hati mereka suatu keberatan terhadap vonis yang kalian bagikan, dan juga mereka menerima dengan seluruhnya. ” (qs. an - nisa: 65).

dalam ilmu hukum, kita dianjurkan, bila hukum yang lebih rendah berlawanan dengan hukum yang lebih besar, hingga hukum yang lebih besar wajib dikedepankan.

hukum syariat tiba dari allah, sedangkan hukum tradisi buatan manusia. secara umur, di tempat kita, hukum syariat lebih tua, ia diresmikan 14 abad silam. sedangkan tradisi, lazimnya tiba jauh sehabis itu.

secara hierarki, hukum syariat jauh lebih besar. karna allah yang menetapkan.
karna seperti itu, tradisi yang melanggar syariat, tidak boleh dipertahankan. sekalipun itu tradisi pribumi.

tukar - menukar uang
dilansir dari konsultasisyariah, kalau dalam kajian ekonomi islam, kita diperkenalkan dengan sebutan benda ribawi (ashnaf ribawiyah). dan juga benda ribawi itu terdapat 6: emas, perak, gandum halus, gandum kesat, kurma, dan juga garam.

keenam barang ribawi ini disebutkan dalam hadis dari ubadah bin shamit radhiyallahu ‘anhu, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الذَّهَبُ بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةُ بِالْفِضَّةِ وَالْبُرُّ بِالْبُرِّ وَالشَّعِيرُ بِالشَّعِيرِ وَالتَّمْرُ بِالتَّمْرِ وَالْمِلْحُ بِالْمِلْحِ مِثْلاً بِمِثْلٍ سَوَاءً بِسَوَاءٍ يَدًا بِيَدٍ فَإِذَا اخْتَلَفَتْ هَذِهِ الأَصْنَافُ فَبِيعُوا كَيْفَ شِئْتُمْ إِذَا كَانَ يَدًا بِيَدٍ

“jika emas dibarter dengan emas, perak diganti dengan perak, gandum bur (gandum halus) diganti dengan gandum bur, gandum syair (kesat) diganti dengan gandum syair, korma diganti dengan korma, garam dibarter dengan garam, hingga takarannya wajib sama dan juga tunai. bila barang yang dibarterkan berubah hingga takarannya boleh semau hati kamu asalkan tunai” (hr. muslim 4147).

dalam riwayat lain, dari abu said al - khudri radhiyallahu ‘anhu, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الذَّهَبُ بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةُ بِالْفِضَّةِ وَالْبُرُّ بِالْبُرِّ وَالشَّعِيرُ بِالشَّعِيرِ وَالتَّمْرُ بِالتَّمْرِ وَالْمِلْحُ بِالْمِلْحِ مِثْلاً بِمِثْلٍ يَدًا بِيَدٍ فَمَنْ زَادَ أَوِ اسْتَزَادَ فَقَدْ أَرْبَى الآخِذُ وَالْمُعْطِى فِيهِ سَوَاءٌ

“jika emas diganti dengan emas, perak diganti dengan perak, gandum diganti dengan gandum, sya’ir (gandum kesat) diganti dengan sya’ir, kurma diganti dengan kurma, dan juga garam diganti dengan garam, takaran ataupun timbangan wajib sama dan juga dibayar tunai. siapa menaikkan ataupun memohon ekstra, hingga dia telah melaksanakan transaksi riba. baik yang mengambil ataupun yang memberinya bersama berposisi dalam dosa. ” (hr. ahmad 11466 dan juga muslim 4148)

pula disebutkan dalam riwayat dari ma’mar bi abdillah radhiyallahu ‘anhu, dia mendengar nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

«الطَّعَامُ بِالطَّعَامِ مِثْلاً بِمِثْلٍ ». قَالَ وَكَانَ طَعَامُنَا يَوْمَئِذٍ الشَّعِيرَ.

“jika santapan dibarter dengan santapan hingga takarannya wajib sama”. ma’mar berkata,
“makanan pokok kami di masa itu merupakan gandum syair” (hr. muslim 4164).

bersumber pada hadis di atas,
dari keenam barang ribawi di atas, ulama setuju, benda ribawi dipecah 2 kelompok:

1. kelompok pertama
emas dan juga perak. diqiyaskan dengan kelomok kesatu merupakan mata duit dan juga seluruh perlengkapan ubah. serupa duit kartal di era kita.

2. kelompok kedua
bur, sya’ir, kurma, dan juga garam. diqiyaskan dengan kelompok kedua merupakan seluruh olahan santapan yang dapat ditaruh (al - qut al - muddakhar). serupa beras, jagung, ataupun thiwul.

ketentuan baku yang berlaku
dari hadis di atas, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membagikan ketentuan
pertama
bila ubah mengubah itu dicoba buat benda yang sejenis,
terdapat 2 ketentuan yang wajib dipadati, harus sama dan juga tunai. semisal: emas dengan emas, perak dengan perak, rupiah dengan rupiah, ataupun kurma tipe a dengan kurma tipe b, dst. dalam hadis di atas, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan, harus

مِثْلاً بِمِثْلٍ سَوَاءً بِسَوَاءٍ يَدًا بِيَدٍ

takarannya wajib sama, ukurannya sama dan juga dari tangan ke tangan (tunai).
dan juga bila dalam transaksi itu terdapat kelebihan, statusnya riba. nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan,

فَمَنْ زَادَ أَوِ اسْتَزَادَ فَقَدْ أَرْبَى الآخِذُ وَالْمُعْطِى فِيهِ سَوَاءٌ

“siapa menaikkan ataupun memohon ekstra, hingga dia telah melaksanakan transaksi riba. baik yang mengambil ataupun yang memberinya bersama berposisi dalam dosa. ”
kedua
bila barter dicoba antar benda yang berubah, tetapi masih satu kelompok, syaratnya satu: harus tunai. misal: emas dengan perak. boleh beda berat, tetapi harus tunai. tercantum rupiah dengan dolar. bersama mata duit, tetapi beda nilainya. boleh dicoba tetapi wajib tunai.
dalam hadis di atas, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan,

فَإِذَا اخْتَلَفَتْ هَذِهِ الأَصْنَافُ فَبِيعُوا كَيْفَ شِئْتُمْ إِذَا كَانَ يَدًا بِيَدٍ

“jika barang yang dibarterkan berubah hingga takarannya boleh semau hati kamu asalkan tunai”
ada kaidah,

georgia, serif; font - size: 16px; " >إذا بيع ربوي بجنسه وجب التماثل والتقابض، وبغير جنسه وجب التقابض فقط

apabila benda ribawi diganti dengan yang sejenis, harus sama dan juga tunai. dan juga bila diganti dengan yang tidak sejenis, harus tunai.
ketiga
bila barter dicoba buat barang yang beda kelompok. tidak terdapat ketentuan spesial buat ini. sampai - sampai boleh tidak sama dan juga boleh tidak tunai. semisal, jual beli beras dengan dibayar duit ataupun jual beli garam dibayar dengan duit. seluruh boleh terhutang sepanjang silih ridha.

ubah mengubah duit receh
ubah mengubah duit receh yang jadi tradisi di warga kita, dan juga di sana terdapat kelebihan, tercantum riba. rp 100rb diganti dengan pecahan rp 5rb, dengan selisih 10rb ataupun terdapat tambahannya. ini tercantum transaksi riba. karna berarti tidak sama, walaupun dicoba secara tunai.
karna rupiah yang diganti dengan rupiah, terkategori ubah mengubah yang sejenis, syaratnya 2: sama nilai dan juga tunai. bila terdapat ekstra, hukumnya riba.

nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan,

فَمَنْ زَادَ أَوِ اسْتَزَادَ فَقَدْ أَرْبَى الآخِذُ وَالْمُعْطِى فِيهِ سَوَاءٌ

“siapa menaikkan ataupun memohon ekstra, hingga dia telah melaksanakan transaksi riba. baik yang mengambil ataupun yang memberinya bersama berposisi dalam dosa. ”

riba senantiasa riba, sekalipun silih ridha
gimana bila itu dicoba silih ridha? bukankah bila silih ridha jadi diperbolehkan. karna yang dilarang bila terdapat yang terpaksa dan juga tidak silih ridha.

dalam transaksi haram, sekalipun pelakunya silih ridha dan juga ikhlas, tidak mengganti hukum. karna transaksi ini diharamkan bukan semata terpaut hak teman . tetapi ia diharamkan karna melanggar ketentuan syariat.
orang yang melaksanakan transaksi riba, sekalipun silih ridha, senantiasa dilarang dan juga nilainya dosa besar.
transaksi jual beli khamr ataupun narkoba, hukumnya haram, sekalipun pelakon transaksi silih ridha.

gimana dengan firman allah,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ

“hai orang - orang yang beriman, janganlah kalian silih memakan harta sesamamu dengan jalur yang batil, kecuali dengan jalur perniagaan yang berlaku dengan silih ridha di antara kamu. ” (qs. an - nisa: 29)

jawab:
ayat ini kita yakini benar. aturannya pula benar. tetapi silih ridha yang jadi ketentuan halal transaksi yang disebutkan dalam ayat ini, berlaku cuma buat transaksi yang haram. serupa jual beli benda dan juga jasa. sedangkan trasaksi haram, serupa riba, tidak berlaku syarat silih ridha. karna semata silih ridha, tidak mengganti hukum.

apabila diucap bagaikan upah penukaran uang
terdapat yang beralasan, kelebihan itu bagaikan upah karna ia telah menukarkan duit di bank. ia wajib ngantri, wajib membawa modal, dst. jadi layak mampu upah.

jelas ini sebab yang tidak benar. karna yang terjalin bukan mempekerjakan orang buat nukar duit di bank, tetapi yang terjalin merupakan transaksi duit dengan duit. dan juga bukan upah penukaran duit. upah itu ukurannya volume kerja, bukan nominal duit yang diganti.

semisal, pak bos memohon paijo menukarkan beberapa duit ke bank. karna tugas ini, paijo diupah rp 50 rb. kita dapat membenarkan, baik pak bos menyerahkan duit 1 juta buat diganti ataupun 2 juta, ataupun 3 juta, upah yang diserahkan ke paijo senantiasa 50 rb. karna upah bersumber pada volume kerja paijo, menukarkan duit ini ke bank dalam sekali waktu.
sedangkan permasalahan ubah mengubah ini niainya flat, tiap 100rb, wajib terdapat kelebihan 10rb ataupun 5rb. ini transaksi riba, dan juga bukan upah.

sayangi pahala puasa anda
riba tercantum salah satu dosa besar. terlebih lagi salah satu dosa yang diancam dengan perang oleh allah.

allah berfiman,

فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ

bila kamu tidak meninggalkan riba, hingga umumkan buat berperang dengan allah dan juga rasul - nya (al - baqarah: 279)
ibnu abbas menarangkan ayat ini,

يُقَالُ يَومَ القِيَامَةِ لِآكلِ الرِّبَا: خُذْ سِلَاحَكَ لِلحَرْبِ

esok di hari kiamat para pemakan riba hendak terpanggil, “ambil senjatamu, buat perang! ” (tafsir ibnu katsir, 1/716)
dalam hadis, dosa riba disetarakan serupa berzina dengan ibunya
dari ibnu mas’ud radhiyallahu ‘anhu, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الرِّبَا ثَلَاثَةٌ وَسَبعُونَ بَابًا أَيسَرُهَا مِثْلُ أَنْ يَنْكِحَ الرَّجُلُ أُمَّه

riba itu terdapat 73 pintu. pintu riba yang amat ringan, serupa seseorang lelaki yang berzina dengan ibunya. (hr. hakim 2259 dan juga dishahihkan ad - dzahabi).

karna seperti itu, para salaf menyebut dosa riba lebih parah dari pada zina,
terdapat statment ka’ab al - ahbar,

دِرْهَمُ رِبًا يَأْكُلُهُ الرَّجُلُ وَهُوَ يَعْلَمُ أَشَدُّ مِنْ سِتَّةٍ وَثَلاَثِينَ زَنْيَةً

satu dirham riba yang dimakan seorang, sedangkan ia ketahui, lebih kurang baik dari pada 36 kali berzina. (hr. ahmad 21957, dan juga ad - daruquthni 2880)

sedangkan dosa dan juga maksiat merupakan sumber terbanyak kegagalan puasa manusia. dosa menggambarkan karena pahala yang kita miliki berguguran. kala ramadhan kita penuh dengan dosa, puasa kita jadi amat tidak bermutu. terlebih lagi hingga allah tidak perlu dengan ibadah puasa yang kita kerjakan.

semacam inilah yang sempat diingatkan rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis shahih riwayat bukhari dan juga yang yang lain, dari teman abu hurairah radliallahu ‘anhu, kalau dia shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, dan juga seluruh perbuatan dosa, hingga allah tidak perlu dengan amalnya (berbentuk) meninggalkan santapan dan juga minumannya (puasanya). ” (hr. bukhari 1903)
kala terdapat orang yang berzina di malam ramadhan, apa yang dapat dibayangkan dengan nasib puasanya?
dapat jadi lenyap seluruh pahalanya.

apa yang dapat kamu bayangkan, kala orang melaksanakan transaksi riba, yang dosanya lebih berat dari pada zina, dicoba terang - terangan di siang bolong ramadhan? astagfirullah.






( sumber: https:// intisarihikmah. blogspot. com/2017/05/astagfirullah-tradisi-tukar-uang-saat. html )

Related Posts

Astagfirullah, Tradisi Tukar Uang Saat Lebaran Bisa Jadi Dosanya Lebih Besar Daripada Berzina.
4/ 5
Oleh